Malam minggu , 14 September 2013.
Deru mesin genset beradu dengan hempasan ombak di pantai Pulau Pala. Malam itu
hampir sebagian rumah remang tanpa pasokan listrik. Terkecuali bagi yang
mempunyai fasilitas mesin bertenaga bensin tersebut. Selepas makan malam saya
dan kawan-kawan
yang tergabung dalam tim ekspedisi penyelaman memilih untuk
men-charger ulang tiap alat elektronik. Baik itu kamera, handphone, laptop
sampai power bank. Maklum saja dengan empat liter bensin , mesin tersebut hanya
dapat bertahan sampai sekitar jam
sepuluh malam.
Pulau Pala masuk dalam Kecamatan
Liukan Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene & Kepulauan. Juga tergolong satu
dari sekian ratus pulau di Kepulauan Spermonde. Pulau yang tergolong kecil jika
dibandingkan dengan Pulau Barrang Lompo ataupun Badi, terlebih saat
disandingkan dengan Pulau Karanrang. Menurut Pak Naim, Pulau ini hanya dihuni
sekitar 50 KK. Singkat cerita, beliau ternyata berasal dari Pulau Badi, Desa
Mattirodeceng, Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkep. Abrasi menjadi
penyebab berpindahnya pria berkulit legam ini sekeluarga.
Abrasi adalah proses pengikisan tanah / pantai yang
disebabkan oleh hantaman tenaga gelombang laut, arus laut, sungai, pasang surut
laut, gletser dan angin yang bersifat merusak di sekitarnya. Abrasi disebut
juga dengan erosi pantai. Fenomena sebaliknya disebut sebagai Akresi. Bahkan beberapa kasus biasanya kedua gejala alam ini
terjadi bersamaan dalam satu wilayah. Sembari menghisap rokoknya, ia meneruskan
ceritanya.
Rumah yang menjadi tempat kami
menginap malam itu sebelumnya berdiri di Pulau Badi. Setelah dibongkar lalu
diangkut bertahap ke Pulau Pala. Abrasi yang telah disinggung sebelumnya hanya kausal dari tindak-tanduk para perusak terumbu karang. Kurang lebih seperti itu
maksud dari beliau. Serupa dengan pengalaman penulis ketika bersafari di Pulau
Badi & berbincang dengan warga. Kesimpulan yang didapat adalah terumbu
karang yang berfungsi sebagai peredam kekuatan gelombang perairan, entah sadar
maupun tidak semakin dieksploitasi. Beragam tujuan, mulai dari sumber pondasi
bangunan maupun sekedar untuk mendapatkan ikan tangkapan dengan singkat
(menggunakan bahan peledak).
|
Kultwit mengenai Pulau Pala oleh @MSDCUNHAS
(Muh. Ihsan ''Iccank") |
Secara visual bagian barat daya
Pulau Badi menderita paling parah akibat abrasi. Pada musim tertentu jangkauan
air dapat menembus hingga beberapa deret rumah. Belum lagi hempasan gelombang
yang mengikis pantai dan pondasi rumah warga. Lain cerita di bagian lain Pulau
ini. Endapan pasir kian menambah luas pantai. Dalam taraf imajinatif, Pulau
Badi seperti bergerak perlahan.
|
Tampak akibat dari abrasi
(Andika Manan Putra) |
Tampaknya fenomena abrasi di
pulau-pulau kecil tak kalah seksinya dengan akibat dari destructive fishing. Jika
semua mata seolah buta, telinga pura-pura tuli dan hati kian membatu, jumlah
Pulau di Spermonde akan hilang dari peta dunia. Dan mungkin tulisan ini akan
menjadi dongeng buat anak cucu kita kelak. Sambil berujar ke mereka yang
mendekati kantuk bahwa dahulu ada sebuah Pulau eksotis yang bernama Badi.
Ucapan syukur
& terima kasih :
Ucapan syukur
yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT
Semua pihak
yang menyukseskan kegiatan Ekspedisi Tridacna 2013 MSDC UNHAS
Pak Naim
sekeluarga di Pulau Pala, terima kasih atas tempat bernaung yang nyaman
Juga kepada
semua keluarga yang menerima kami sebagai tamu di Pulau Karanrang, Badi &
KondongBali
Muhajir dan
kawan-kawan dengan kapal “terindahnya”. Walaupun beberapa kali harus mengalah
oleh musim timur.
Penulis :
Muh. Ihsan, Klaners 09, Humas MSDC UNHAS 2012-2013