Mendengar nama benteng Rotterdam
sepertinya bukan hal yang langka bagi warga di Kota Makassar. Terkhusus para
diver yang sering menggunakan jasa penyeberangan dermaga Kayu Bangkoa, Benteng
Pannyua maupun yang ada di Popsa. Benteng yang dibangun pada tahun 1545 oleh
Raja Gowa ke-9 (Wikipedia.org) ini terletak tepat di pinggir laut Kota
Makassar. Namun tulisan ini bukan tentang proses pembangunan maupun penaklukan
Benteng tersebut, melainkan tentang hutan Mangrove.
Kalau dianalogikan, hutan
Mangrove ibarat benteng Rotterdam, Somba Opu serta benteng-benteng milik
kerajaan Gowa-Tallo lainnya. Dalam
menangkal serangan musuh, maka dibangunlah benteng-benteng tersebut. Begitupun dengan hutan Mangrove yang
bahu-membahu bersama ekosisitem terumbu karang dalam menjaga keutuhan pantai.
Apa jadinya jika suatu wilayah pesisir “telanjang” tanpa sampul dari hutan Mangrove, niscaya
ancaman abrasi akan terealisasi.
Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam lingkungan
hidup, karena memiliki tiga fungsi pokok, yaitu fungsi ekologis, fungsi
ekonomi, dan fungsi lain (pariwisata, penelitian, dan pendidikan). Namun
sumberdaya ini sangat rentan terhadap berbagai perubahan akibat pembangunan.
Dimana ekosistem mangrove dikenal sebagai fragile ecosystem yakni
ekosistem yang sangat mudah rusak jika terjadi perubahan pada salah satu unsur
pembentuknya (Arief, 2003)
Lalu apa itu hutan Bakau. Kata
Bakau sendiri merujuk pada salah satu spesies mangrove yakni Rhizopora spp. Istilah ini cukup populer
di kalangan masyarakat. Teori ini dirujuk dari pengalaman penulis yang lebih
dahulu mengenal Bakau sebelum Mangrove. Di tengah ancaman keberadaannya, hutan
(ekosistem) Mangrove memiliki beberapa manfaat serta fungsi, antara lain.
Fungsi Kimia
- Sebagai tempat terjadinya proses daur ulang yang
menghasilkan oksigen
- Sebagai penyerap karbondioksida
- Sebagai pengolah bahan-bahan limbah hasil
pencemaran industri dan kapal di laut
Fungsi Biologi
- Sebagai kawasan untuk berlindung, bersarang
serta berkembangbiak bagi burung dan satwa
- Sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota
darat dan laut
-
Sebagai penghasil bahan pelapukan yang merupakan
sumber makanan penting bagi invertebrata kecil pemakan bahan pelapukan
(detritus) yang kemudian berperan sebagai sumber makanan bagi hewan yang lebih
besar
- Sebagai kawasan pemijahan (spawning ground) dan
daerah asuhan (nursery ground) bagi udan
- Sebagai daerah mencari makanan (feeding ground)
bagi plankton
Fungsi Ekonomi
- Penghasil bahan baku industri, misalnya pulp,
tekstil, makanan ringan
- Penghasil bibit ikan, udang, kerang dan
kepiting, telur burung serta madu (nektar)
- Penghasil kayu bakar, arang serta kayu untuk
bangunan dan perabot rumah tangga
Fungsi Wisata
- Sebagai kawasan wisata alam pantai untuk membuat
trail mangrove
- Sebagai sumber wisata belajar
- Sebagai lokasi penelitian
Atas dasar itu pula, Ir. Arifin
Arif, M.P menegaskan tiga prinsi dalam bukunya yang berjudul Hutan Mangrove”Fungsi & Manfaatnya”
, save it, study it & use it.
Prinsip terakhir yang berarti gunakan adalah keseharian. Seperti yang telah
disinggung di atas,kayu Bakau yang tergolong kuat kerap jadi andalan untuk
berbagai keperluan, mulai dari konstruksi rumah hingga sekedar kayu bakar.
Salah satu masalah utama dan
terberat yang didera oleh ekosistem ini ialah konflik lahan. Layaknya pengusaha
besar melawan rakyat kecil, yang mana akhir cerita hampir dipastikan siapa yang
kalah. Kalau dianalogikan sekali lagi, hutan mangrove persis berada di pihak
rakyat kecil dalam contoh konflik di atas. Rerimbunan Rhizopora, Avicennia
serta Sonneratia kerap kalah pamor oleh tambak ikan maupun udang. Apalagi kalau
berhadapan dengan mega proyek reklamasi pantai.
Dalam kaca mata kekuatan modal
(capital power), ekosistem-ekosistem seperti hutan Mangrove seakan tiada
bermanfaat. Pantai yang rimbun dan hijau kerap diartikan sebagai kawasan yang
belum dikelola. Dengan mengundang para pemilik modal, pemerintah pusat maupun
daerah menyusun konsep pengelolaan. Namun sayangnya jika hal tersebut hanya
didasari oleh kepentingan ekonomi belaka dan menomorduakan aspek lingkungan. Hutan
Mangrove yang tak hanya sebagai pelindung dari ketelanjangan, namun juga
sebagai rumah bagi banyak spesies, disulap menjadi hamparan beton. Saat campuran
semen dan pasir tersebut sudah tak mampu menahan serangan ombak, baru lah kita
sadar bahwa tidak ada Mangrove itu tidak baik.
|
Tanamlah Mangrove sebelum bencana datang
(Nabilaiza.blogspot.com) | | |
|
Kawasan pesisir yang hampir telanjang
(Kompas.com) |
Sumber :
A. Arifin. (2003). Hutan Mangrove, Fungsi & Manfaatnya. Yogyakarta: Kanisius.
M. Andini. (2004). Struktur Komunitas Makrozoobentos Hubungannya Dengan
Karakteristik Habitat Pada Ekosistem Mangrove Di Perairan Larea-rea Kabupaten
Sinjai, Halaman 1.
Wikipedia.org. Fort Rotterdam. http://id.wikipedia.org/wiki/Fort_Rotterdam ,diakses pada 23 Mei 2013, pukul 12.00 WITA.