Euforia kemerdekaan tampak jelas
di bulan agustus, apalagi menjelang tanggal 17. Banyak cara dilakukan dalam
menyambut dan memperingati hari bersejarah ini. Ada yang mempercantik rumah
serta halaman, menaikkan bendera merah putih dan tentu saja umbul-umbulnya,
semuanya seakan tak ingin ketinggalan dalam menunjukkan rasa nasionalisme.
Prosesi wajib yakni upacara bendera dilakukan oleh hampir semua instansi baik
dinas maupun swasta. Ada yang melakukannya di alun-alun kota, halaman kantor,
di puncak gunung bahkan di bawah air.
Bagi sebagian orang moment ini
membawa rezeki tersendiri. Sebut saja pedagang bendera dan umbul-umbul tahunan.
Dan yang mungkin paling merindukan hari kemerdekaan ialah para narapidana di
rutan maupun lapas. Remisi atau pengurangan masa kurungan dengan beberapa
persyaratan selalu diberikan pada hari kemerdekaan. Bak sebuah telaga di tengah
gurun pasir begitu kiranya analogi bagi remisi ini.
Ada cerita perihal fasilitas di
bawah naungan Kementrian Kehakiman ini. Sabtu, 17 Agustus 2013 beberapa
mahasiswa dan alumni Ilmu kelautan Unhas yang tergabung dalam SEMA Kelautan UH
serta MSDC (Marine Sciece Diving Club) UH “berbagi bahan bacaan” kepada warga rumah tahanan Bantaeng. Buku,
bajalah, bakalah serta kumpulan tulisan yang jumlahnya tak seberapa itu hasil
kolaborasi antara dua lembaga di atas dengan bantuan dari
Kampung Buku. Di luar
itu beberapa pribadi tak ketinggalan memberikan donasi. Di antara bacaan-bacaan
tersebut, terdapat enam buah bundle yang berisi tulisan pada situs
makassarnolkm.com. Tak kurang ada
Sembilan judul tulisan dari beberapa penulis yang memiliki konsentrasi beragam.
Bahan-bahan bacaan tersebut
diterima langsung oleh pihak rutan yang diwakili oleh pak Hasan. Pria yang
telah mengabdi selama 25 tahun pada semboyan pengayoman ini menyambut ramah
maksud kami. Sambil menghisap sebatang rokok saya berbincang dengan beliau
perihal aktivitas keseharian serta pengalaman pria asal Polmas ini (sekarang
Polman). Dari situ pun terungkap bahwa praktis belum ada bahan bacaan bagi para
penghuni rutan ini. Dulu sih ada, namun seiring bergantinya pimpinan entah ke
mana pembuka jendela dunia tersebut raib. Lemari buku yang ada pun kosong
melompong.
|
Sejenak di warung Asni, Boyong, Jeneponto |
|
Pak Hasan (berseragam) menerima langsung bahan bacaan |
|
Para Klaners di ruang tunggu Rutan |
|
Pengunjung dan penghuni mengapit "jendela dunia" |
|
Rutan Negara Bantaeng
(All photo by Rivaldy)
|