Gerimis mendera saat pagi
menjelang siang di dermaga Kayu bangkoa. Suatu kawasan yang selalu ramai oleh
hilir mudik pengguna jasa penyeberangan antar pulau. Tanggal 9 maret 2013,
dalam rangka penelitian Nur Tri Handayani (06 06 0390 A1) hari itu kami meninggalkan daratan
utama kota Makassar untuk menuju ke pulau Kodingareng lompo. Pulau yang berjarak
sekitar 1 jam perjalanan menggunakan kapal rakyat ini terletak di kecamatan
Ujung tanah, kota Makassar. Sesampainya di sana terlihat
kokoh gapura selamat datang menyambut kami. Keramaian pun tak kalah dengan
dermaga sebelumnya. Tidak kurang ada 3 kapal yang melayani rute
Makassar-Kodingareng lompo ataupun sebaliknya.
Berbicara masalah sosial ekonomi
penduduk setempat, ada sekitar 90% dari 4150 jiwa yang berprofesi sebagai
nelayan. Untuk fasilitas pendidikan, pulau ini telah memiliki bangunan SD-SMA. Di pulau berpantai pasir putih
ini masyarakat begitu ramah terhadap pendatang. Asumsi pribadi ini diperkuat
dengan banyaknya ajakan mampir untuk kami. Sungguh watak murni bangsa Indonesia
yang entah mengapa saat ini kian memudar. Terlebih lagi ada rumah kak Rina (Kla
02) yang berada tepat di belakang mercusuar. Di sinilah home base kami selama
di Kodingareng. Setelah mengisi kampung tengah kami pun menuju ke titik
penelitian.
Lokasi di sebelah utara pulau
yang berdekatan dengan gusung jadi tujuan pertama kami. Setelah mendapatkan lokasi
yang tepat transek pun dibentang. Dengan bersnorkling ria keindahan terumbu
karang dan kawanan ikan menjadi lebih nyata. Nyaris sempurna jika saja tak ada
jejak pengeboman. Hamparan ruble akibat bahan peledak di lokasi ini memang
cukup luas. Ini adalah pesan yang sangat jelas untuk pemerintah, juga kepada
seluruh stakeholder kelautan.
Keesokan pagi adalah waktunya
untuk kembali ke Makassar. Rutinitas kuliah, lab serta laporan telah menunggu
jauh di darat. Hujan kembali mengiringi keberangkatan kami, namun sedikit lebih
deras. Sebuah anugrah atau pun kebetulan, beberapa dari kami melihat
Lumba-lumba berenang di sekitar kapal. Saat beberapa coba untuk mengabadikan, si
Lumba-lumba enggan menampakkan diri lagi. Sejalan dengan menderunya mesin
kapal, saat itu pula rasa berat untuk meninggalkan salah satu keindahan kota
daeng. Semoga di lain waktu dapat bersua kembali.
|
P. Kodingareng Lompo |
|
Suguhan di rumah kak Rina (Kla 02) |
|
Tim menuju ke lokasi pengambilan data |
|
Lauk makan malam |
|
Menuju ke kota Makassar |
Iccank (06 06 0379 A2)