Ketika mendengar
kata Badi mungkin yang terlintas di
pikiran orang adalah Badik, senjata tajam khas Sulawesi selatan. Sejarah
penamaan pulau ini beragam. Berdasarkan informasi dari penduduk setempat bahwa
dahulu di sini (red:pulau Badi) terdapat banyak badik. Adapula yang mengatakan
bahwa dahulu ada orang sakti mandraguna transit di pulau ini. Namun saat
meninggalkan pulau Badi, Badiknya ketinggalan.
Secara
administratif pulau Badi masuk dalam desa Mattiro deceng, kecamatan Liukang
tupabiring kabupaten Pangkajene & kepulauan. Pulau Badi juga merupakan
salah satu bagian dari kepulauan Spermonde. Jarak tempuh dari pelabuhan Paotere
(Makassar) kurang lebih satu setengah jam dengan menggunakan Jolloro’ atau kapal
rakyat. Saat cuaca cerah kita melihat di kejauhan pulau-pulau tetangga semisal,
Barrang lompo, Pajenekang, Lumu-lumu dan Ballang lompo.
Sebagai pulau di
kabupaten Pangkep, masyarakat Badi lebih banyak berinteraksi secara ekonomi,
sosial maupun budaya dengan kota Makassar. Dari tiga kapal reguler yang
beroperasi semuanya memiliki tujuan ke pelabuhan Paotere. Selain karena barang
kebutuhan hidup banyak tersedia di Makassar, juga karena jarak tempuh yang
lebih dekat. Tak heran jika bahasa
Makassar jadi andalan dalam berkomunikasi di pulau ini.
Sebagai pulau
yang bertetangga dengan pusat kegiatan di Spermonde, yakni pulau Ballang lompo,
berbagai fasilitas sudah tersedia. Untuk pendidikan telah berdiri SD dan SMP,
meskipun masih kurang maksimal dalam penyelenggaraannya. Untuk kesehatan, pulau
Badi telah memiliki puskesmas pembantu. Aliran listrik di rumah penduduk
dimulai dari jam 6 sore hingga jam 12 malam. Sumber air tawar pun lebih
mengandalkan hujan ketimbang sumur yang agak payau. Namun di balik segala
keterbatasan bagi mereka yang tak terbiasa, pulau berpasir putih ini menyimpan
eksotisme yang luar biasa.
Saat pagi hingga
siang hari, pasang surut air laut menyebabkan dasar laut sebelah barat-selatan
terpapar sinar matahari. Bahkan hingga kejauhan sekitar 200 meter dari bibir
pantai, tinggi air hanya sebatas lutut orang dewasa. Fenomena ini mengundang
para penduduk baik dewasa hingga anak-anak beramai-ramai berburu “Tedong-tedong”( Lambis sp ). Ada sedikit sisi negatif
dari kegiatan yaitu Terumbu karang yang telah cukup tersiksa oleh surutnya air
juga harus patah karena injakan kaki para pemburu tadi. Namun secara umum,
kondisi terumbu karang di pulau ini punya nilai lebih jika dibandingkan dengan
pulau tentang. Sebut saja Barrang lompo dan Lumu-lumu. Apa lagi telah ada DPL
(daerah perlindungan laut) yang sejak lama dipertahankan.
Dari sekian
banyak keunikan dari pulau ini, ada satu hal yang paling berkesan bagi penulis.
Terdapat pohon mangga setinggi kurang lebih 30 meter yang terletak di belakang
SD. Bukan karena dikeramatkan oleh masyarakat setempat, namun menjadi magnet
yang kuat bagi anak-anak hingga remaja. Saat atap SD berbunyi, bergegaslah para
anak-anak menyambut buah mangga tersebut. Bahkan pada malam hari, sebagian dari
mereka membekali diri dengan senter. Maklum saja Karena pohon mangga tersebut
menjadi satu-satunya di pulau Badi. Mendapatkan buah mangga di tengah perburuan
bersama menjadi sebuah prestasi yang membanggakan. Pohon mangga ini pula yang
menyatukan mereka. Terbersit harapan semoga pohon ini berumur panjang hingga
beberapa generasi ke depan.
Muh.ihsan
06 06 0379 A2