Akhir-akhir ini Indonesia kembali dihadapkan masalah yang sama menyangkut pulau-pulau perbatasan. seperti hilangnya pulau disebabkan beberapa hal :
1. hilangnya pulau secara fisik akibat abrasi, tenggelam, atau karena kesengajaan manusia
2. hilangnya pulau secara kepemilikan akibat sebuah keputusan hukum seperti yang terjadi pada kasus berpindahnya status kepemilikan Sipadan dan Ligitan dari Indonesia ke Malaysia
3.hilang secara sosial dan ekonomi, akibat praktek ekonomi dan sosial dari masyarakat secara turun temurun didiami oleh masyarakat dari negara lain.
Praktek seperti hal di atas kembali terjadi di kalimantan barat dengan malaysia, di mana hilangnya dan berpindahnya patok perbatasan yang diduga karena disebabkan oleh adanya abrasi. Belum lagi pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang tidak optimal mempengaruhi kemakmuran masyakarat di perbatasan. Maka tidak heran jika masyarakat di perbatasan lebih senang melakukan traksaksi dengan negara tetanga dari pada daerahnya sendiri. Selain Kalimatan Barat yang berbatasan dengan Malaysia, juga perbatasan sulawesi utara dengan Filiphina, dimana provinsi ini memiliki gugusan pulau diperbatasan yaitu pulau Miangas, Marore dan Merapit yang dari dulu sudah disengketakan oleh Indonesia dan Filiphina, di mana Filiphina memasukan pulau Miangas sebagai salah satu pulaunya.
Itulah sepenggal keresahan kami dalam menyikapi persoalan klasik di atas. Keresahan yang tertuang lengkap pada proposal poject ekspedisi teritorial pulau perbatasan Sulawesi utara dengan Filiphina dengan tema inventarisasi dan pemetaan potensi pulau – pulau perbatasan. Ibarat dua mata pisau, permasalahan perbatasan harus dipandang dari segala sudut. Semua pihak baik pemerintah, masyarakat, akademisi harus memiliki kepekaan nasiolisme yang tinggi.
Berangkat dari itulah Marine Science Diving Club Unhas yang memiliki kemampuan dalam survey bawah air, berencana akan memonitoring potensi pulau perbatasan itu. Bukan hanya aspek ekologis dari pulau Marore, Marampit serta Miangas yang menjadi objek kajian MSDC UH dalam ekspedisi nantinya. Sesuai dengan Tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat, kami coba menguak persoalan mendasar saudara–saudara sebangsa di pulau perbatasan.
Berikut adalah out put yang diharapkan dari kegiatan ini :
- Bagi dunia penyelaman: Sebagai referensi kegiatan penyelaman di pulau Marore,Miangas dan Marapit.
- Bagi dunia penelitian: Sebagai referensi guna penelitian lebih lanjut tentang ekosistem, sosial,budaya dan ekonomi masyarakat yang bisa memberikan manfaat langsung kemasyarakat maritim di pulau perbatasan.
- Bagi masyarakat: Tersedianya data base dan informasi sumber daya di tiap pulau yang menjadi acuan dalam pemanfaatan yang berkelanjutan agar keutuhan wilayah terjaga dengan baik.
- Bagi Pemerintah: Sebagai dasar kajian dan perumusan kebijakan untuk dilakukan langkah-langkah tepat guna mencapai keadilan,kemakmuran dalam menjaga daerah perbatasan.
Kegiatan yang insya Allah berlangsung antara tanggal 1 – 20 Desember 2011 ini, meliputi pulau Marore, Marampit serta Miangas, Sulawesi Utara.