Bertempat di pulau Barrang lompo, MSDC UH melaksanakan rangkaian akhir dari kurikulum pendidikan bagi anggota muda. Beranggotakan 20 orang yang mana 15 di antaranya akan menerima nomor keanggotaan penuh, tim tiba di pulau sekitar pukul 12.30 WITA. Setelah rehat sejenak kegiatan pun dimulai. di awali dengan pemanasan para peserta yang didampingi pengurus pun menuju ke dermaga. Berbekal alat selam dasar, para calon pembesar “Walrus” ini mencoba mengelilingi pulau Barrang Lompo.
Setelah kurang lebih 2 jam 45 menit, satu persatu tim akhirnya menyentuh garis finish. Raut kelelahan di wajah mereka tak mampu disembunyikan, namun di balik itu senyum kepuasan tersungging lebar. Di selingi canda tawa yang sedikit berisik,” mandi” bersama menegaskan kebersamaan anak2 MSDC UH. Tak terasa matahari kembali ke peraduannya. Waktunya buat mengisi kembali tenaga yang sempat terkuras. Warung tenda di belakang Marine field station jadi sasaran empuk. Setelah puas mengisi “kampung tengah”, waktunya bersantai di depan sekretariat. Dengan bermain domino dan bersantai di warung kopi, mereka mengisi waktu sebelum evaluasi kegiatan. Sekitar pukul 21.00 angkatan diklat XXI dan pengurus berkumpul di lantai dua. Evaluasi dibuka oleh Tarsan (kord. Diklat). Olehnya pula segala kendala maupun kekurangan dalam kegiatan tadi diungkap. Kondisi tubuh yang kian lelah kadang membuat suasana forum sedikit menghangat. Saling sanggah pernyataan tak dapat terelakkan.Namun Karena jiwa kami satu yaitu kecintaan akan MSDC UH akhirnya menyadarkan yang sedikit keluar jalur. Pembicaraan pun mengarah pada saling berbagi perasaan. Segala keluh kesah,cinta dan kasih sayang di antara kami tumpah ruah di ruangan itu. Masalah demi masalah yang tak usai mendera “Walrus” tercinta tak membuat kami lemah. Ibarat sebuah kapal yang diamuk badai hingga beberapa bagiannya tenggelam. Bahkan membuat beberapa awak memilih untuk berpindah ke kapal lain tak membuat kami meninggalkannya (MSDC UH). Kami lah yang bertahan di tengah badai, bukan mereka yang lari karena takut.
Di ujung acara penyematan nomor pun berlangsung sederhana. Tanpa scraft, baju atau apapun yang biasanya tersaji di luar sana. Namun nomor tersebut terpatri jauh di dalam hati, tertanam di jiwa dan tercermin di raga kami kelak.
Selamat buat ke 15 saudara baru kami, rumah kecil nan usang menunggu kalian buat menyapu debu, mencabut alang – alang di halaman dan menggantinya dengan bunga.