Tulisan ini adalah hasil observasi dari kelompok "Hijau" yang terdiri dari Raodah Septi Legina, Fajria Sari Zakaria, Rahmadi dan Januardi. Momen penulisan ini berbarengan dengan proses penyerahan nomor anggota penuh MSDC Unhas, angkatan diklat XXII
Tidak jelas kapan mulainya pulau ini dihuni orang.
Awalnya pulau ini dikenal sebagai tempat transit bagi para nelayan yang sedang
mencari ikan untuk bermalam atau istirahat sebentar sebelum melanjutkan
penangkapan ikan.
Secara administratif, Pulau Barrang Lompo termasuk
dalam wilayah Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar,Jarak dari Kota Makassar
dengan jarak tempuh kurang lebih 50 menit menggunakan kapal laut atau Jolloro
di dermaga Kayu Bangkoa, yang berada tepat di Kota Makassar.
Dalam kesehariannya, masyarakat pulau Barrang Lompo
menggunakan berbagai macam bahasa, seperti Makassar, Bugis, Mandar, Cina dan
Boya. Di pulau Barrang Lompo juga memiliki berbagai macam kampong, seperti
kampong mandar, kampong pajala, kampong cina dan kampong rambala.
Jumlah
penduduk Pulau Barrang Lompo diperkirakan 1000 kepala keluarga. Pemukiman
penduduk di Pulau Barrang Lompo cukup padat, bentuk rumah panggung khas
tradisional Makassar hingga berlantai dua, teratur rapi melingkari membentuk
pulau.
Jumlah penduduk pulau yang tergolong padat,
infrastruktur yang tersedia meliputi, puskesmas, Taman Kanak-kanak, Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Mesjid dan Dermaga.
Tradisi
masyarakat yang masih dijumpai di pulau ini adalah zikir yang dipimpin langsung
oleh tetua adat seperti acara sunatan dan acara nikahan.
Lokasi pulau
Barrang Lompo yang berada dipesisir pantai membuat masyarakatnya lebih banyak
atau mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan tapi masih banyak masyarakat
bermata pencaharian sebagai seorang penyelam teripang.
Kehidupan
komunitas nelayan yang hanya memiliki perahu tradisional dengan dilengkapi alat
tangkap sederhana, seperti pancing, jaring dan bubu. Modifikasi bubu yang
dulunya terbuat dari bambu sekarang terbuat dari besi. Alasannya, karena hasil
tangkapan lebih banyak serta ongkos pembuatannya yang terbilang murah.
Pada beberapa
lokasi di perairan pulau ini ekosistem lamunnya cukup baik yang berasosiasi
dengan beberapa biota lain seperti sponge dan ikan. Sedangkan untuk ekosistem
karang ada sebagian karangnnya sudah ikut hancur akibat eksploitasi yang tidak
ramah lingkungan. Di pulau ini juga dilaksanakan rehabilitasi lamun untuk
menjaga ekosistem lamun menjadi lebih baik.