Mungkin masih ada yang mengingat akan tujuan awal pembentukan MSDC UH. Berdasarkan catatan sejarah yang disajikan pada dialog “Dimensi Selam dan Masa Depan”. Acara ini terselenggara atas kerjasama Ikatan Sarjana Kelautan (ISLA) Unhas, serta lembaga mahasiswa di kelautan. Berikut tujuan pembentukan MSDC UH pada saat itu :
Menetapkan dan memprioritaskan strategi pengembangan kelautan dalam setiap kegiatan penyelaman
Mengembangkan program – program pengelolaan potensi wisata alam laut yang akrab lingkungan
Membangun dan mengembangkan kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta
Membangun dan mengembangkan kawasan pesisir dan pulau – pulau kecil melalui teknologi penyelaman
Poin – poin di ataslah yang akan menuntun kita menyelami judul tulisan tersebut.
Sebagai lembaga kemahasiswaan yang hampir seluruh personelnya masih menyandang status pelajar tentulah memiliki riak – riak yang khas. Mahasiswa sejatinya “berkewajiban” untuk menuntut ilmu dan menyelasaikan study dengan hasil dan waktu yang memuaskan. Kuliah, laboratorium, laporan, asistensi merupakan rutinitas yang biasa di kalangan mahasiswa, khususnya di bidang eksakta.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa mendamaikan urusan kuliah dan berlembaga adalah susah–susah gampang. Begitu kiranya bahasa dari petinggi–petinggi kampus dalam menyambut mahasiswa baru. Kurang lebih seperti itu juga jargon senior terhadap junior dalam berbagai kesempatan. Entah di koridor, kantin maupun di sekretariat lambaga. Menyikapi persoalan kuliah dan berlembaga, tiap orang pasti punya penilaian subjektif tersendiri. Begitu pula dengan penulis, mendamaikan antara kuliah dan berlembaga adalah hal yang mustahil alias impossible. Mustahil jika kita masih memiliki jiwa fanatisme sempit. Terlalu cinta kuliah itu kurang baik apalagi sangat gandrung akan organisasi. Dari situlah istilah akademisi dan organisatoris muncul di kalangan mahasiswa. Jadi sekali lagi kita dituntut untuk bijak menyikapi suatu masalah. Hal yang tak diperoleh di bangku kuliah mungkin ada di organisasi, begitupun sebaliknya. Selain bijak tentulah sikap berani mengorbankan nilai A menjadi B, C asal jangan D dan E.
Begitu pula yang dialami oleh MSDC UH. Lalu bagaimana dengan berprofesi atau turut serta dalam riset (proyek). Ayat ini memang telah diatur dalam sumber tulisan yang sama. MSDC UH sejatinya memiliki dua fungsi, yakni sosial dan riset. Fungsi sosial adalah pengabdian pada masyarakat melalui kegiatan olahraga, bakti sosial dan penyuluhan mengenai penyelaman ke pada nelayan. Sedangkan fungsi riset adalah membantu kelancaran fungsi riset, baik yang diselenggarakan oleh mahasiswa seperti penelitian akhir, dosen dalam kegiatan praktek lapangan dan lembaga riset Universitas Hasanuddin dalam bentuk kegiatan proyek.
Berpartisipasi dalam kegiatan ini tentunya memiliki banyak manfaat bagi mahasiswa, selain dapat memperluas wawasan, memperdalam skill, juga mendapat “uang makan”. Kegiatan yang dilakukan oleh dosen, maupun lembaga riset biasanya lebih unggul dalam manajemen hingga jangkauan jika dibandingkan kegiatan internal. Metode survey yang digunakan pun semakin mengikuti perkembangan. Tak berlebih jika dikatakan kegiatan proyek memperluas wawasan. Selain itu jam menyelam pun akan bertambah. Tingkat kedalaman pun biasanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan fun dive belaka. Di sanalah kemampuan menyelam kita diasah sedemikian rupa, yang ujung–ujungnya akan mengharumkan nama MSDC UH itu sendiri.
Praktis ada tiga bagian dalam skema yang bagaikan lingkaran setan ini. Kuliah, berlembaga dan berprofesi. Ketiganya memiliki kesamaan, yakni butuh waktu dan perhatian. Ibarat kekasih yang akan merajuk jika kurang mendapat suplai perhatian serta luangan waktu dari kita. Sekali lagi profesionalitas kita diuji oleh hal ini.
Jalas veva jayamahe